09 September 2008

Pengelolaan Pembibitan Karet Unggul (Upaya Peningkatan Perekonomian Rumah Tangga)

Latar belakang
Dari data ICRAF MBO menunjukan bahwa luasan kebun karet di Indonesia mencapai 3.300.000 Ha dengan produksi 1.800.000 ton pada tahun 2003. Sedangkan luas areal perkebunan karet di Propinsi Jambi hanya mencapai 429.335 Ha dengan produksi 185.196 ton/tahun. Artinya luas kebun karet di Propinsi Jambi mncapai 13% dari total luasan kebun karet di Indonesia. amun perbandingan produksi antara produksi Jambi dengan total produksi Indonesia hanya mencapai 10,3%. Sedangkan tingkat produktifitas karet di Indonesia telah mencapai angka 54,5%. Akan tetapi, tingkat produktifitas karet di Propinsi Jambi hanya mencapai 43,1%.

Data diatas menunjukan bahwa tingkat produktifitas karet di Propinsi Jambi masih rendah dibandingkan dengan tingkat produktifitas karet nasional. Paling tidak, terdapat tiga faktor utama penyebab rendahnya tingkat produktifitas karet di Propinsi Jambi, yakni : faktor bibit dan faktor keterbatasan sumberdaya. Faktor bibit dilihat dari daya guna masyarakat atau petani terhadap bibit karet. Sampai detik ini, petani karet Jambi masih menggunakan bibit karet sapuan atau seedling atau yang lebih dikenal dengan bibit karet liar. Menurut hasil penelitian ICRAF MBO yang dipublikasikan pada tahun 2005 menunjukan bahwa produksi karet dari bibit sapuan/seedling hanya 1/3 dari karet yang menggunakan bibit unggul.

Sedangkan fakta dilapangan memperlihatkan bahwa masih sangat sedikit petani yang menggunakan bibit karet unggul. Faktor keterbatasan sumberdaya dilihat dari segi pengetahuan dan modal yang dimiliki oleh petani dalam mengembangkan bibit unggul. Sehingga berdampak pada lambatnya pengembangan bibit unggul yang dilakukan secara swadaya relatif lambat. Disadari memang, pengembangan karet klon membutuhkan modal yang tidak sedikit dan membutuhkan pengetahuan baru tentang berbudidaya karet. Karena budidaya karet unggul tidak bisa disamakan dengan budidaya karet alam. Disamping itu, persoalan peredaran bibit karet palsu juga menghantui petani yang berkeinginan untuk mengembangkan karet unggul. Sudah menjadi rahasia umum, perearan bibit karet palsu sampai saat ini masih beredar di pasaran dan intansi yang berwenang belum mampu mengatasi peredarannya.

Salah satu solusi dari persoalan diatas adalah dengan melakukan pengembangan sentra pembibitan karet secara swadaya dalam skala kecil. Dengan adanya pengembangan sentra pembibitan paling tidak bisa memangkas biaya yang harus dikelurkan guna mendapatkan bibit karet unggul. Selain itu juga akan didapatkan bibit karet yang jelas kualitas dan keasliannya dibandingkan jika dibeli dari pasaran.

Pengelolaan Pembibitan Karet Unggul
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pembibitan karet unggul adalah sebagai berikut :
1. Ketersedian batang bawah
2. Ketersedian mata entres
3. Kemampuan teknis okulasi

Ketersedian batang bawah
Pokok-pokok dalam pembibitan batang bawah :
Persiapan lahan pembibitan
a) Mutlak perlu dilakukan untuk mendapatkan akar dan pertumbuhan yang optimum à kedalaman 40-50 cm
b) Dengan mekanis maupun manual
c) Perlu dibuat jalan pemisah (lebar 1.5 m setiap 11-12 m)
d) Perlu pembuatan petak-petak (lebar 4.5-5 m)
e) Pengajiran (sesuai jarak tanam)

Penanganan benih/biji
a) Klon àAVROS 2037, GT 1, LCB 1320, PR 228, PR 300 (tumbuh cepat, daya gabung, kemampuan berbuah, tahan penyakit daun, mudah diokulasi, akar kuat)
b) Pemungutan dan seleksi biji dengan cara perendaman
c) Pengawetan dan pengemasan biji
d) Uji kesegaran benih

Penyemaian benih/biji
a) Pembuatan bedengan
· Media tumbuh : pasir/serbuk gergaji
· Tidak terkena matahari langsung
· Disiram pagi dan sore hari
b) Pendederan
· Sistem teratur à pemindahan kecambah lebih mudah, dan dapat sampai stadia pancing
· Sistem tebar à pemindahan stadia mentis/bintang dan tidak boleh terlambat

Penanamana kecambah
a) Pilih kecambah yang muncul <> 4/5 bln) à herbisida (paraquat, glifosat)
· Penyemprotan dilakukan pagi hari
c) Pengendalian penyakit terutama penyakit daun
Penyakit yang umum menyerang di pembibitan penyakit gugur daun Oidium hevea dan colletotrichum gloeosporioides dikendalikan dengan menggunakan fungisida (dithane), dapat juga dicampur dengan urea 2 %.

d) Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan dosis sebagai berikut :
Umur (Bulan Sesudah Tanam)
Jenis pupuk


1. Urea
2. SP36
3. MOP
4. Kieserit

Mata Entres
Pembangunan kebun entres harus memperhatikan bebebrapa aspek, yakni :
1. Pemilihan lokasi
· Bebas dari gangguan hama dan penyakit, karena kebun entres dapat dipertahankan 8 sampai 10 tahun.
· Bebas dari gangguan alam, seperti banjir, longsor dll
· Topografi datar
· Dekat dari jalan, untuk memudahkan pengangkutan sarana produksi dan pemanenan
· Dekat dengan sumber air, untuk memudahkan penyiraman
· Dekat dari perkampungan, agar mudah dijangkau dan diawasi

2. Perencanaan
Perencanaan kebun entres untuk kebutuhan bibit okulasi 1 Ha kebun produksi
Uraian
Kebutuhan
Satuan
Keterangan
Kebutuhan bibit
Penanaman
550
Bibit polibag

Penyulaman
605
Bibit okulasi
10% dari jumlah bibit yang akan ditanam
Persedian bibit okulasi
666

10% afkir mati dipolibag
Jumlah batang bawah yang akan diokulasi
865
Batang bawah
30% gagal
Entres dan luas kebun entres
Mata entres
865
Mata
10 mata : 1 meter
Panjang entres
87
Meter

Kebutuhan entres
130
Meter
1.5 taksasi
Jumlah pohon entres
87
Pohon
1.5 meter : 1 pohon
Luas kebun entres
0.01

8000 pohon/Ha
Biji untuk batang bawah
Bibit yang diokulasikan
865


Bibit batang bawah
952

10% kerdil
Transplanting
1047

10% mati saat transplanting
Biji yang berkecambah
1779

70% daya kecambah
Biji yang dideder
2313

30% gagal

3. Persiapan lahan
Pembuatan petakan-petakan dan jalan untuk memudahkan pemeliharaan dan pemanenan. Jangan bercampur antar klon/jenis yang ada
Pengajiran, jarak 1 m x 1 m
Pembuatan lobang tanam, ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm

4. Tata ruang
Tata ruang dimaksudkan untuk membagi-bagi lahan kebun entres sesuai dengan jenis klon yang diinginkan agar tidak terjadi pencampuran klon satu dengan yang lainnya.
· Buat petak/plot berdasarkan jenis klon dan jumlah batang setiap klon (sepert gambar dibawah)
· Buat jalan dan pemisah antara petak/plot untuk masing-masing klon agar tidak bercampur
· Dilengkapi dengan peta yang memuat tentang jenis klon, jumlah batang (baris dan lajur) setiap klon, tahun tanam, dll


Petak/plot 1
Klon IRR 39
Jumlah : ........ batang
J
a
l
a
n


Petak/plot 2
Klon PB 260
Jumlah : ........... batang

J
a
l
a
n

Petak/plot 4
Klon RRIC 100
Jumlah : ........ batang
Jalan


Jalan
Petak/plot 3
Klon BPM 1
Jumlah : ........... batang




Petak/plot 5
Klon PR 261
Jumlah : ........ batang

5. Penanaman
· Jarak tanam : 1 m x 1 m.
· Lubang tanam : 40 cm x 40 cm x 40 cm
· Bahan tanan stum mata tidur, stum mini ataupun bibit dalam polibag.
· Buat petakan/plot, tanda klon diletakan pada setiap sudut petak.
· Lengkapi dengan peta dasar sesuai dengan jenis klon, jumlah batang tiap klon
· Penyulaman dilakukan dengan klon yang sama dengan petaknya
6. Pemiliharaan
Penyiangan
Manual : pada saat tanaman masih muda
Kimiawi : bila batang bawah berwarna coklat
Pemupukan
Dilakukan 4 kali per tahun
Dosis (gram/pohon/pemupukan)
Urea : 10, SP36 : 15, KCL : 10
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
· Penyakit gugur daun Oidium hevea : Bayletone 250EC
· Penyakit gugur daun colletotrichum gloeosporioides : Dithane M 45
· Penyakit lapuk batang Fusarium : Antico F 96
· Penyakit Jamur Akar Putih : Bayletone 250 EC
Pewiwilan
Pembuangan tunas palsu dan tunas samping

7. Pemurnian
Pemurnian kebun entres merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam pembangunan kebun entres guna mendapatkan pertanaman yang seragam dan benar menurut jenis klonnya. Pemurnian dilakukan pada tahun pertama, pada waktu tanaman sudah mencapai 3 – 4 payung daun. Ketidakmurnian jenis klon yang terjadi pada kebun entres biasanya disebabkan oleh :
Tunas yang tumbuh berasal dari batang bawah bukan dari mata okulasi yang ditempelkan (tunas liar).
Tercampurnya bibit beberapa jenis klon pada saat penanaman sebagai akibat dari :
· Kesalahan pada waktu okulasi di pembibitan
· Entres yang digunakan tidak murni
· Tercampurnya jenis klon pada saat pembongkaran bibit
· Sumber bibit untuk pembangunan kebun entres tidak jelas asal usulnya.
Tanaman kerdil, karena berasal dari mata tunas yang tidak bagus.
Klon lain yang tidak diinginkan dalam suatu petak/plot (seperti pada gambar tata ruang) harus segera dibongkar/dipindahkan dan diganti dengan klon yang sesuai pada petak/plot tersebut. Apabila pembongkaran tidak memungkinkan maka dapat dilakukan dengan teknik okulasi bertingkat (mengokulasi bibit tersebut dengan klon yang sesuai dengan petak/plot tersebut).

Teknis Okulasi
Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan/perkawinan secara vegetatif dengan menempelkan kulit batang yang satu ke batang lainnya. Okulasi hanya bisa dilakukan pada tanaman yang memiliki kambium/kulit ari. Teknik perbanyakan/perkawinan vegetatif maksudnya adalah teknik perbanyakan/perkawinan tanaman yang tidak berlangsung secara alami tapi melalui bantuan/intervesi manusia.
Pada tanaman karet, okulasi dilakukan dengan menempelkan kulit batang yang memiliki mata tunas (entres) dengan batang karet lainnya (batang bawah). Entres diambil dari karet yang memiliki produksi tinggi melalui pengujian atau penelitian oleh Balai Penelitian Karet baik dalam maupun luar negeri (klon anjuran). Sedangkan untuk batan bawah diambil dari karet yang rentan terhadap penyakit dan memiliki pertumbuhan akar yang baik. Bahan dan peralatan pendukung yang dibutuhkan pada saat okulasi adalah, batang atas (entres), batang bawah, pisau okulasi, plastik okulasi, asahan dan kain lap.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan okulasi :
Kesiapan batang bawah
Ujung tunas batang bawah dalam kondisi dorman/tidur atau daun tua
Lilit batang pada 5 cm diatas permukaan tanah : 5 – 7 cm

Pembuatan Jendela
Sebelum pembukaan jendela, batang bawah dilap dengan kain pembersih
Ketingian jendela 2 jari diatas permukaan tanah
Pembukaan jendela dilakukan secara vertikal sepanjang 6 - 7 cm, lebar 1/3 lilit batang, bukaan dapat dilakukan dari bawah atau dari atas.
Perisai mata siap dimasukkan

Pembuatan perisai mata, penempelan dan pembalutan
Pengirisan perisai mata entres, pengirisan dapat dilakukan coklat (umur 8 bln – 1 thn) atau hijau ( 4 – 6 bulan).
Pelepasan kayu pada perisai mata, ditandai dengan titik putih pada kulit. Kalau berlubang pada kulit berarti matanya tertinggal pada batang
Perisai mata dimasukkan
Penutupan jendela
Pengikatan dengan plastik, plastik diikatkan saling tumpang tidih sehingga air tidak masuk kedalam tempelen.

Pembukaan dan pemeriksanaan
Setelah 2 minggu, tempelan dapat dibuka dan diperiksa. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Buat irisan dari bawah ke atas sehingga plastik terpotong
Potong lidah jendela
Pemeriksaan okulasi dgn mencukil pada tempelan okulasi, cukilan berwarna hijau
Okulasi jadi, plastik diselipkan pada batang

Pembongkaran bibit
Pembongkaran dilakukan setelah tempelan berumur
• Dengan cangkul
– Satu mg sebelum cabut, bibit dipotong tinggi 5-7 cm dpo, potongan dioles TB 192
– Buat parit sedalam 60 cm pd salah satu sisi dgn jarak 10 cm dari bibit
– Potong akar tunggang disisakan 35 cm, kemudian bibit didorong kearah lubang
– Akar lateral dipotong sisakan 5 cm
• Dongkrak (pulling jack)
– Bibit dipotong setinggi 50 cm
– Jepit bagian atas, cabut dgn cara mengungkit
– Potong bagian atas bibit 5-7 cm dpo
– Sisakan akar tunggang 35 cm, dan akar lateral 5 cm

Disarikan dari beberapa tulisan :
1. Bahan presentase Ratna Akiefnawati, ICRAF Muara Bungo pada pelatihan teknis budi daya karet unggul/klon di Dusun Lancar Tiang Desa Tuo Ilir, November 2006.
2. Bahan presentase Balai Penelitian Sembawa yang disampaikan pada pelatihan teknis budidaya karet klon bagi penyuluh petani lapangan (PPL) Kab. Bungo dan Kab. Tebo di Sembawa, Mei 2006.
3. Diktat Pelatihan Dinamika Kelompok dan budidaya karet Kab. Bungo dan Tebo, 19 – 26 Februari 2006

Tidak ada komentar: